MAKALAH
PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI DI
INDONESIA
OLEH
I
MADE REKI ARTAWAN
451
415 004
KELAS
A
PRODI
S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN
ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS
MIPA
UNIVERSITAS
NEGRI GORONTALO
2016
KATA
PENGANTAR
Yang pertama saya ucapkan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas asung kerta warenugrahe nyalah
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Juga
saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang baik secara langsung ataupun
tidak langsung telah membantu terselesaikanya makalah ini.
Dengan terselesaikanya makalah ini saya berharap dapat bermanfaat untuk kita
semua. Dan semoga dengan makalah ini saya
dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Dan
besar harapan saya selaku penyusun atas sumbangan semua pihak atas saran dan
kritiknya sehingga dapat menyempurnakan lagi makalah ini. Dan saya ucapkan
terimakasih.
Gorontalo, 20
september 2016
I
MADE REKI ARTAWAN
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………………
1
1.2
Rumusan
Masalah……………………………………………………………….. 1
1.3
Tujuan……………………………………………………………………….…… 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Antropologi ,…………………………………………………………. 2
2.2
Perkembangan Antropologi ……………………………………………….…….. 4
2.3
Perkembangan Antropologi Saat Ini Di Indonesia …………………………….... 6
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ……………………………………………………………………… 8
3.2
Saran ……………………………………………………………………..……… 9
DAFTAR
PUSTAK
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak
orang berpikir bahwa para ahli Antropologi adalah ilmuwan yang hanya tertarik
pada peninggalan-peninggalan masa lalu; Antroplogi bekerja menggali sisa-sisa
kehidupan masa lalu untuk mendapatkan pecahan guci-guci tua, peralatan
–peralatan dari batu dan kemudian mencoba ember arti dari apa yang ditemukannya
itu. Pandangan yang lain mengasosiasikan Antropologi dengan teori Evolusi dan
mengenyampingkan kerja dari Sang Pencipta dalam mempelajari kemunculan dan
perkembangan mahluk manusia.
Masyarakat
yang mempunyai pandangan yang sangat keras terhadap penciptaan manusia dari sudut agama kemudian melindungi bahkan
melarang anak-anak mereka dari Antroplogi
dan doktrin-doktrinnya. Bahkan masih banyak orang awam yang berpikir
kalau Antropologi itu bekerja atau meneliti orang-orang yang aneh dan eksotis
yang tinggal di daerah-daerah yang jauh dimana mereka masih menjalankan
kebiasaan-kebiasaan yang bagi masyarakat umum adalah asing.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa
Pengertian antropologi ?
2. Bagaimana
perkembangan antropologi saat ini di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Dapat
mengetahui pengertian antropologi !
2. Dapat
mengetahui perkembangan antropologi di Indonesia !
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos
yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu.
Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk
sosial, jadi antropologi adalah
salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat
suatu etnis
tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di
Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi
lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam
arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip
seperti sosiologi
tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan
sosialnya.
Menurut William A. Haviland, antropologi adalah studi
tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang
manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia. Sedangkan David Hunter memberikan pendapatnya bahwa antropologi
adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia. Selanjutnya Koentjaraningrat menyatakan antropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat
serta kebudayaan
yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat
disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari
manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan
(cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga
setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Antropologi bertujuan untuk lebih
memahami dan mengapresiasi manusia sebagai spesies homo sapiens dan makhluk
sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena
itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan
fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal
kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggris
cross-cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara
kelompok-kelompok manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial,
bahasa, dan pandangan hidup (worldview).
Dengan orientasinya yang holistik, antropologi
dibagi menjadi empat cabang ilmu yang saling berkaitan, yaitu: antropologi
biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik. Keempat cabang
tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam kekhususan
akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode penelitian
yang berbeda.
Antropologi lahir atau berawal dari
ketertarikan orang-orang Eropa pada ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya
etnis-etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal di Eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal,
tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, memiliki
ciri fisik dan bahasa yang digunakan serupa, serta cara hidup yang sama.
2.2 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
Seperti halnya Sosiologi,
Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam
perkembangannya. Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi
menjadi empat fase sebagai berikut:
1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16,
bangsa-bangsa di Eropa
mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika,
Asia, hingga ke Australia.
Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak
menjumpai suku-suku
yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian
mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala
sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri
fisik, kebudayaan,
susunan masyarakat,
atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku
asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu
menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19
perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari
sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha
untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini,
bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan
berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka
menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa
yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini,
Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan
primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat
sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini,
negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan
Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala
seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang
kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya,
pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli
untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan
etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan
kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
4. Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini,
Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli
yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa
Eropa.
Pada masa ini pula
terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia
II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan
membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total.
Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan
yang tak berujung.
2.3 Perkembangan Antropologi Di Indonesia
Di
Indonesia, antropologi berkembang
seiring dengan kolonisasi bangsa-bangsa Eropa ke Hindia. Watak khas suatu
bangsa dan potensi kekayaan alamnya dilaporkan secara tertulis oleh para
pejabat kolonial. Berbagai laporan itu disebut etnologi. Berbagai tulisan
etnologi tersebut bermanfaat untuk mempermudah penguasaan kaum pribumi.
Keaslian masyarakat dipertahankan
kemurniannya oleh kolonial. Penjagaan kemurnian tersebut merupakan strategi
agar masyarakat setempat tetap lemah dan mudah dikuasai. Hal ini berlangsung
terus sampai Belanda angkat kaki dari tanah air. Setelah Indonesia merdeka, antropologi
tetap menempati posisi strategis sebagai ilmu yang bermanfaat untuk menjaga
ketertiban sosial. Melalui jasa Koentjaraningrat, antropologi menjadi alat
penting guna merumuskan kebudayaan nasional.
Dalam rangka merumuskan kebudayaan
nasional tersebut, para antropolog diberi tugas untuk meneliti berbagai watak
khas masyarakat Indonesia yang majemuk. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
sikap mental yang cocok dengan pembangunan dan budaya yang bernilai luhur
sebagai identitas bangsa, di antara nya pola makan, waktu luang, nilai anak,
seni, kekerabatan, sampai konsep sehat dan kematian.
Penelitian terlibat sebagai ciri
khas antropologi sering dianggap kurang ilmiah. Partisipasi langsung dalam
masyarakat dan menggali data melalui wawancara langsung dengan masyarakat
dianggap bias. Hal tersebut masih ditambah perhatian antropologi terhadap kaum
yang terpinggirkan akibat kesenjangan sosial budaya. Berbagai ketimpangan
tersebut berupa diskriminasi ras, ketimpangan gender, dan kemiskinan.
Antropologi sangat dekat dengan kehidupan gelandangan, pecandu narkoba, kaum
buruh, para penghuni panti jompo, penderita HIV, dan PSK yang semakin
menyudutkan posisi ilmu ini.
Belakangan ini, banyak antropolog
Indonesia melaksanakan berbagai penelitian yang dibiayai oleh sektor swasta dan
organisasi non pemerintah, seperti bank, perusahaan transnasional, jaringan
waralaba, industri otomotif, ataupun biro iklan yang ingin mengerti bagaimana
memasarkan suatu barang hasil industri kepada masyarakat pedalaman. Antropolog
juga terlibat dalam berbagai program kampanye politik atau pemasyarakatan
berbagai program pemerintah, seperti program KB, padi unggul, pelestarian
lingkungan, dan industri pariwisata.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Antropologi adalah salah satu cabang
ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis
tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa
yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Di
Indonesia, antropologi berkembang
seiring dengan kolonisasi bangsa-bangsa Eropa ke Hindia. Watak khas suatu
bangsa dan potensi kekayaan alamnya dilaporkan secara tertulis oleh para
pejabat kolonial. Berbagai laporan itu disebut etnologi. Berbagai tulisan
etnologi tersebut bermanfaat untuk mempermudah penguasaan kaum pribumi.
3.2
Saran
Antropologi sangat
besar peranannya dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga diharapkan
kepada kita semua untuk selalu mengembangkan wawasan dan memperdalam pemahaman
tentang kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan antropologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Green, E.C 1986 Practicing Development
Anthropology. Boulder and London: Westview
Leonard Seregar. 2002. Antorpologi dan Konsep
Kebudayaan. Universitas Cendrawasih Press. Jayapura.
Masinambow, E.K.M (Ed) 1997 Koentjaraningrat
dan Antropologi di Indonesia, Jakarta: Asosiasi
Antropologi Indonesia dan
Yayasan Obor Indonesia.
Antropologi%20di%20Indonesia%20%20%20Pengertian,%20Asal%20Usul,%20Perkembangan,%20dan%20Ruang%20Lingkup%20_%20Perpustakaan%20Cyber.htm