MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
OLEH
I
MADE REKI ARTAWAN
451
415 004
KELAS
A
PRODI
S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN
ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS
MIPA
UNIVERSITAS
NEGRI GORONTALO
2016
KATA
PENGANTAR
Yang pertama saya ucapkan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas asung kerta warenugrahe nyalah
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Juga
saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang baik secara langsung ataupun
tidak langsung telah membantu terselesaikanya makalah ini.
Dengan terselesaikanya makalah ini saya berharap dapat bermanfaat untuk kita
semua. Dan semoga dengan makalah ini saya
dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Dan
besar harapan saya selaku penyusun atas sumbangan semua pihak atas saran dan
kritiknya sehingga dapat menyempurnakan lagi makalah ini. Dan saya ucapkan
terimakasih.
Gorontalo, 13 Sseptember
2016
I
MADE REKI ARTAWAN
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG………………………………………………………
1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………..
1.3 TUJUAN……………………………………………………………………
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK………………………..
2.2 KONSEP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK……………………………………….………………….
2.3 FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK.……………………………
2.4 PERKEMBANGAN KEMAMPUAN FISIK
DAN PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK……………………………..
2.5 PERKEMBANGAN MINAT PESERTA
DIDIK………………………….
2.6 PERKEMBANGAN DAN KETERAMPILAN
MOTORIK……………….
2.7 PERKEMBANGAN
SOSIALISASI……………………………………….
2.8 PERKEMBANGAN
KOGNITIF…………………………………………..
2.9 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN……………………………………..
2.10 PERKEMBANGAN
KECERDASAN……………………………………
2.11 PENERAPAN PENDEKATAN DALAM
PROSES
PEMBELAJARAN……………………………………………………….
BAB
III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN……………………………………………………………
3.2 SARAN……………………………………………………………………
DAFTAR
PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULIAN
1.1 Latar Belakang
Didasari pada perbedaan peserta didik satu
sama lain, yang memiliki minat kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara
belajar yang berbeda. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas,
materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu
beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Peserta didik memiliki potensi yang
berbeda. Perbedaan peserta didik terletak dalam pola pikir, daya imajinasi,
pengandaian dan hasil karyanya. Akibatnya, PBM perlu diplih dan dirancang agar
memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan guna
mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas peserta didik.
Untuk itu dalam hal ini, diperlukannya pemahaman
dari guru untuk mengetahui keberagaman masing-masing peserta didik melalui
strategi dan metode pembelajaran yang tepat untuk peserta didik.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
defenisi dan hakikat peserta didik ?
2. Apa
konsep pertumbuhan dan perkembangan ?
3. Factor-faktor
apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik ?
4. Apa
perkembangan kemampuan fisik dan pertumbuhan fisik peserta didik ?
5. Apa
perkembangan minat peserta didik ?
6. Apa
perkembangan dan letrampilan motori peseta didik ?
7. Apa
perkembangan sosialisasi peserta didik ?
8. Apa
perkembangan kognitif peserta ddik ?
9. Apa
perkembangan kepribadian peserta didik ?
10. Apa
perkembangan kecerdasan peserta didik ?
11. Bagai mana
penerapan pendekatan dalam proses pembelajaran ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan
dalam makalah ini adalah :
2
Dapat mengetahui defenisi dan hakikat peserta didik !
3
Dapat mengetahui konsep pertumbuhan dan perkembangan !
4
Dapat mengetahui Factor-faktor apa yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik !
5
Dapat mengetahui perkembangan kemampuan fisik dan
pertumbuhan fisik peserta didik
6
Dapat mengetahui perkembangan minat peserta didik !
7
Dapat mengetahui perkembangan dan letrampilan motori
peseta didik !
8
Dapat mengetahui perkembangan sosialisasi peserta didik
!
9
Dapat mengetahui perkembangan kognitif peserta ddik !
10 Dapat
mengetahui perkembangan kepribadian peserta didik !
11 Dapat
mengetahui perkembangan kecerdasan peserta didik !
12 Dapat
mengetahui penerapan pendekatan dalam proses pembelajaran !
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI DAN HAKIKAT PESERTA DIDIK
Dalam
bahasa Indonesia ada tiga sebutan untu pelajar, yaitu murid, anak didik, dan
peserta didik. Bahkan ada salah satu tesis magister mengenalkan istilah baru
yaitu “dinidik” tetapi kelihatannya istilah ini amat tidak umum bahkan belum
banyak orang mendengarnya.
Peserta
didik
Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
pada jalur pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Siswa
Berdasarkan
kamus besar bahasa Indonesia, pengertian Siswa, Murid atau Peserta didik adalah
orang (anak yang sedang berguru, belajar atau bersekolah. Prof. Dr. Shafique
Ali Khan memberikan pengertian masing-masing sebagai berikut:
Murid
Murid
adalah komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam pendidikan atau
biasa dikenal disebut dengan peserta didik. Dalam proses belajar-mengajar,
murid sebagai pihak yang ingin menyelesaikan kurikulum dan dalam upaya mencapai
tujuan atau cita-cita. Dalam undang-udang pendidikan, murid merupakan bagian
yang paling penting dari sistem pendidikan, sehingga indikator sukses atau
tidaknya dunia pendidikan adalah keberhasilan atau kegagalan murid setelah
menempuh proses pendidikan.
Murid
atau anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami
proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid membutuhkan
bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu
sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.
2.1.1 kebutuhan dan karakteristik peserta didik
a. Kebutuhan peserta didik
Sebagaimana manusia pada umumnya,
para peserta didikpun memiliki berbagai kebutuhan yang amat diperlukan bagi
perkembangan diri dan wawasan pengetahuannya sebagai bekal baginya untuk masa
depan yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang terprogram di sekolah pada
prinsipnya adalah merupakan manifestasi dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan para peseta didik.
Berikut ini beberapa kebutuhan peserta didik secara khusus
yang harus menjadi perhatian guru, yaitu :
1. Kebutuhan Akan Agama
Sejak
lahir, manusia telah membutuhkan agama. Yang dimaksud agama di sini adalah iman
yang diyakini oleh fikiran, diresapkan oleh perasaan dan dilaksanakan, dalam
tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap. Dengan landasan agama yang kuat maka
peserta didik akan dapat mengarahkan setiap tingkah lakunya sesuai dengan
moralitas yang baik sehingga dapat membentengi dirinya dari hal-hal yang
merusak diri dan lingkungannya.
2. Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan
jasmani merupakan kebutuhan dasar manusia termasuk peserta didik yang bersifat
instink, tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan.
Kebutuhan-kebutuhan jasmani itu antara lain kebutuhan akan makanan, minuman,
pakaian, oksigen, istirahat yang cukup dan gerakan jasmani.
3. Kebutuhan Akan Rasa Aman
Kebutuhan
akan rasa aman merupakan kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh
ketentraman, kepastian dan keteraturan dari lingkungan, jaminan keamanan,
terlindung dari bahaya dan ancaman, penyakit perang dan lainnya. Rasa aman
merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi peserta didik, terutama rasa aman
di kelas dan di sekolah.
4. Kebutuhan Akan Kasih Sayang
Kebutuhan
akan kasih sayang yaitu kebutuhan yang mendorong manusia untuk mengadakan
ikatan emosional dengan orang lain, yang diaktualisasikan dalam bentuk
kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, mencintai dan dicintai, menyayangi
dan disayangi dan sebagainya.
5. Kebutuhan Akan Penghargaan
Kebutuhan
akan penghargaan merupakan kebutuhan individu untuk merasa berharga dalam
hidupnya. Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik
untuk diakui dan diperlakukan sebagai orang yang berharga diri.
6. Kebutuhan Akan Rasa Bebas
Kebutuhan
akan rasa bebas yaitu kebutuhan untuk merasa bebas dari kungkungan-kungkungan
dan ikatan-ikatan tertentu.
7. Kebutuhan Akan Rasa Sukses
Peserta
didik sangat menginginkan segala usahanya dalam menempuh pendidikan di berbagai
jenjang dapat berhasil dengan baik, terutama secara akademik.
b. Karakteristik
peserta didik
Masing-masing
peserta didik atau siswa sebagai individu dan subjek belajar memiliki
karakteristik atau ciri-ciri sendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada
masing-masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar siswa tersebut.
Dengan kondisi peserta yang mendukung maka pembelajaran tentu dapat dilakukan
dengan lebih baik, sebaliknya pula dengan karakteristik yang lemah maka dapat
menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar.
Lebih lanjut lagi bahwa keadaan
peserta didik bukan hanya berpengaruh pada bagaimana belajar masing-masing
peserta didik, namun dari proses belajar masing-masing siswa dapat mempengaruhi
pembelajaran secara keseluruhan serta juga mempengaruhi bagaimana proses
belajar peserta didik lainnya. Jika pengaruh positif maka akan memberikan efek
yang baik bagi proses pembelajaran, namun tentu saja juga terdapat
karakteristik atau keadaan dari siswa yang buruk dan memberikan pengaruh
negatif bagi pembelajaran.
Oleh
karena itu, guru yang memiliki peran sentral dalam pembelajaran secara langsung
sangat diharuskan untuk mengetahui karakteristik atau keadaan yang sebenarnya
terjadi pada siswa. Dengan demikian, guru dapat mengantisipasi juga mengatasi
adanya pengaruh buruk yang mungkin muncul dan berakibat negatif bagi
pembelajaran. Identifikasi terhadap keadaan dan kondisi siswa baik untuk
masing-masing individu maupun keseluruhan mutlak diperlukan yang digunakan
untuk pengambilan langkah dan perlakuan terutama pemilihan strategi, model,
media, dan komponen penyusun pembelajaran lainnya.
Dalam bukunya, Sardiman (2011:
120) menyebutkan bahwa terdapat 3 macam hal karakteristik atau keadaan yang ada
pada siswa yang perlu diperhatikan guru yaitu:
- Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal siswa. Misalnya adalah kemampuan intelektual kemampuan berpikir, dan lain-lain.
- Karakteristik atau keadaan siswa yang berkenaan dengan latar belakang dan status sosial.
- Karakteristik atau keadaan siswa yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.
Dari
macam-macam jenis dan sumber karakteristik atau keadaan yang ada pada siswa ini
guru dapat menentukan data-data apa saja yang perlu diketahui informasinya dan
digali dari peserta didik. Kondisi pada peserta didik juga senantiasa dapat
mengalami perubahan, guru hendaknya juga harus memantau segala perubahan
keadaan yang ada pada siswa baik sebelum pembelajaran dimulai, saat
pembelajaran, hingga paska pembelajaran dan evaluasi.
banyak
tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian
menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta
didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan
maksimal.
Menurut Eysenck 1964 (dalam
Buchori 1982) menyatakan
Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
- Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
- Kepribadian Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut
Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan
Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang
meliputi kepribadian sebagai berikut:
- Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
- Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
- Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.
- Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
- Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
- Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
- Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
- Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
- Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
- Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
- Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
- Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
2.1.2 Hak dan Kewajiban peserta didik
Dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 Bab 1 telah dijelaskan
bahwa peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Definisi tersebut kemudian dijelaskan kembali pada
bab V pasal 12 bahwa
1.
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak :
a.
Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan
oleh pendidik yang seagama.
b.
Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
c.
Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya.
d.
Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya.
e.
Pindah ke program pendidikan pada jalur pendidikan dan satuan pendidikan lain
yang setara.
f.
Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing
dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
2.
Setiap peserta didik berkewajiban :
a.
Menjamin norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan.
b.
Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan kecuali bagi pendidikan yang
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
3.
Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan dalam wilayah negara kesatuan republik Indonesia.
4.
Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud pada
ayat 1,2, dan 3 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
2.1.3 Karakteristik peserta
didik yang sukses
Orang yang sukses perlu persiapan untuk menghadapi
suatu kemungkinan yang dapat terjadi dan menyelesaikannya dengan tepat. tetapi
sebaliknya, orang yang tidak mempunyai persiapan, mereka akan gagal akhirnya.
kesuksesan tidak datang sendirinya. berikut cirri-ciri pelajar yang sukses.
1. optimis
pelajar yang sukses selalu yakin pada potensi diri sendiri
untuk menempuh suatu pendidikan yang lebih baik.
2. jangan
bersikap pesimis
pelajar yang sukses tidak bersikap pesimis, yaitu selalu
putus harapan dan mengalah sebelumberjuang.
3. kesadaran memikul tanggung jawab
pelajaar yang
sukses mempunyai kesadaran dan kesediaan untuk memikul tanggung jawab sebagai
seorang pelajar yang menjadi harapan agama, bangsa, negara, keluarga dan
masyarakat pada masa yang akan datang.
4. tumpuan sepenuh hati
pelajar yang
sukses memberikan tumpuan sepenuhnya kepada pelajaran semasa mengikuti
pelajaran guru di kelas.
5. selalu melakukan persiapan
pelajar yang
sukses selalu bersiap sedia untuk menghadapi segala bentuk ujian yang diadakan
oleh pihak sekolah atau negara.
6. tepati waktu belajar
pelajar yang
sukses menepati waktu belajar yang telah ditetepkan oleh pihak sekolah. seperti
datang ke sekolah dalam waktu yang ditetapkan dan pulang sesuai jadwal.
7. hormati orang tua dan guru
pelajar yang
sukses senantiasa menghormati orang tua di rumah dan guru di dalam kelas atau
sewaktu berada di luar kelas.
8. laksanakan tugas yang diberi
pelajar yang
sukses menyiapkan tugas yang di beri oleh guru baik itu di kelas ataupun di
rumah.
9. cinta perpustakaan
pelajar yang
sukses menjadikan perpustakaan sebagai gudangnya ilmu pengetahuan untuk
dikunjungi.
10. menjaga kesehatan tubuh
pelajar yang
sukses selalu menjaga kesehatan tubuh dan badan seperti olah raga teratur dan
memakan makanan bergizi.
2.2
KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
A. Pengertian
Perkembangan
Beberapa pengertian perkembangan
menurut para ahli. Menurut Kasiram (1983 : 23), “Perkembangan mengandung makna
adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya,
mengandung arti bahwa perkembangan merupakan perubahan sifat individu menuju
kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.”
Menurut Santrok Yussen (1992),
Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi
dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Dengan demikian
perkembangan berlangsung dari proses terbentuknya individu dari proses
bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung sampai akhir hayat yang
bersifat timbul adanya perubahan dalam diri individu.
Dari beberapa pendapat ahli diatas,
dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah proses perubahan individu yang
bersifat dinamis ke arah kesempurnaan secara terus – menerus sejak lahir hingga
akhir hayat.
Dalam menumbuh kembangkan kualitas
peserta didik, yang perlu dilakukan oleh tenaga pendidik adalah mengenali
peserta didik dengan sebaik-baiknya. Mengenali disini diartikan seperti
mengenal psikolog anak, bagaimana pribadi si anak, dan bagaimana cara
menghadapi watak atau karakteristik anak yang berbeda-beda. Dengan mengenali
karakter si anak, maka pendidik akan lebih mudah dalam menyampaikan materi ajar
pada si anak. Sehingga anak akan lebih mudah menerima apa yang disampaikan oleh
Gurunya.
Konsep dasar perkembangan meliputi
a.
pertumbuhan (growth)
Perubahan
yang bersifat kuantitatif baik perubahan secara alamiah maupun hasil belajar.
b. Kematangan (
maturation )
Perubahan kualitatif fungsi psiko
fisik organisme dari tidak siap menjadi siap melakukan fungsinya. perubahannya
alamiah dan hasil belajar.
c.
Belajar (
Learning )
Perubahan perilaku sebagai akibat
pengalaman, disengaja, bertujuan/terarah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
d. Latihan
(exercise)
Perubahan perilaku yang bersifat mekanistis dan lebih
banyak menyentuh aspek psikomotor organisme sebagai akibat pengalaman,
disengaja, bertujuan/terarah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
B. Pengertian Peserta Didik
Menurut Sinolungan (1997). Peserta
didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan prosedur
pendidikan sepanjang hayat, sedangkan peserta didik dalam arti sempit adalah
setiap siswa yang belajar disekolah.
Departemen Pendidikan nasional
(2003) menegaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik
pada usia SD/MI adalah semua anak yang memiliki rentang usia 7-12/13 tahun.
Peserta
Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. (UU No. 20 Tahun 2003 SISIDIKNAS, pasal 1 ayat 4).
Kesimpulannya, peserta didik yaitu
semua komponen mayarakat yang belajar dan mengembangkan diri melalui prosedur –
prosedur, baik prosedur formal maupun nonformal. Sedangkan tenaga pendidik
adalah semua orang yang mengamalkan ilmu dan pengalamannya dengan cara
memberikan bekal dan pengajaran sebagai pengabdian terhadap masyarakat.
Peserta didik memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Antara lain seperti, ada peserta didik yang cepat menerima
materi, dan ada yang harus diulangi sehingga ia mengerti suatu materi. Ada yang
sifatnya cepat menghafal, dan ada yang sulit menghafal.
Oleh karena beragamnya karakteristik
setiap peserta didik, yang harus diperhatikan oleh pendidik adalah harus
pandai-pandai mengenal karakteristik setiap peserta didik. Misalnya dengan cara
memberikan suatu permasalahan, dan bagaimana peserta didik menyelesaikan dengan
solusinya sendiri.
Perkembangan
peserta didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan psikologi
perkembangan yang secara khusus mempelajarai aspek-aspek perkembangan individu
yang berada pada tahap usia sekolah dan sekolah menengah. Sebagai
individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan
dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Tujuan Mempelajari Perkembangan Peserta Didik
- Agar mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik
- Dapat merespon perilaku peserta didik secara tepat
- Membantu mengenali adanya penyimpangan yang terjadi pada diri peserta didik
- Untuk membantu memahami diri sendiri sehingga dapat berperilaku secara tepat
Manfaat mempelajari
Perkembangan Peserta Didik bagi pendidik
a. Memberikan
gambaran tentang perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupan beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang meliputi aspek fisik, intelektual,
emosi, dan moral
b. Memberi
gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang tepat sesuai dengan tahapan
perkembangan peserta didik.
C.
Prinsip-Prinsip Perkembangan
Anak sebagai individu mengalami
perkembangan yang tak pernah henti-hentinya. Pemahaman yang baik tentang
perkembangan anak, akan membantu pendidik untuk memberi perlakuan yang benar
kepada anak – anak. Perkembangan anak pada dasarnya merupakan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam seluruh aspek yang ada dalam diri anak, seperti aspek fisik,
aspek sosial, aspek emosi, kognitif (berfikir) maupun aspek spiritual. Di dalam perkembangan anak terdapat
berbagai aturan-aturan tertentu yang disebut dengan prinsip-prinsip perkembangan.
Berbagai prinsip – prinsip perkembangan tersebut tersebut, yaitu sebagai
berikut:
1. Perkembangan
adalah proses yang tak berakhir
Manusia akan berkembang, berubah
dan dipengaruhi terus oleh pengalaman sepanjang hayatnya, baik dalam aspek fisik
maupun dalam aspek psikis dan sosialnya. Perkembangan ini terjadi dalam proses
yang tidak berakhir ditandai dengan tercapainya kematangan fisik. Perkembangan
adalah proses yang berkesinambungan, mulai dari kelahiran berlanjut ke masa
dewasa sampai usia tua. Misalnya, saat usia dini yang ketika baru
lahir nampak seperti makhluk yang tidak berdaya yang menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk tidur, makan, atau menangis; ketika sudah
sekolah, anak-anakpun mengalami kemajuan dari pengendalian diri yang sederhana
sampai ke suatu kemampuan untuk memulai suatu kegiatan serta melakukannya.
Selama di sekolah dasar, anak-anak belajar kemampuan untuk dihargai masyarakat;
dan masa remaja masa transisi dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa; serta masa dewasa, seseorang mengikat diri pada
suatu pekerjaan dan banyak yang menikah yang merupakan
masa yang paling produktif; dan masa tua terjadi penurunan kekuatan fisik
membatasi kegiatan orang yang lebih tua, penyakit yang melemahkan dapat membuat
orang merasa tak berdaya.
2. Setiap anak
bersifat individual dan berkembang sesuai dengan perkembangannya
Dalam prinsip ini, tidak semua anak yang sama usianya
mempunyai perkembangan yang sama, karena anak bersifat individual yang bebeda
antara yang satu dengan yang lain. Perolehan perkembangan bervariasi untuk
setiap anak, termasuk untuk keberfungsian semua aspek perkembangan dalam diri
anak. Karena setiap anak memiliki tingkat penguasaan yang bervariasi, ada yang
cepat, lambat, sedang dan lain-lain, dan semua itu ditentukan oleh faktor
bawaan dan pengaruh belajar yang dimiliki anak.
Setiap anak adalah seorang pribadi unik dengan pola
dan waktu pertumbuhan bersifat individual, sebagaimana halnya untuk
kepribadian, temperamen, gaya belajar, latar belakang dan pengalaman keluarga.
Semua anak memiliki kelebihan, kebutuhan-kebutuhan, dan minat masing-masing.
Sejumlah anak mungkin memiliki kebutuhan belajar dan perkembangan yang khusus.
Pemahaman tentang keragaman yang luas bahkan pada anak-anak usia yang sama,
hendaknya mengantarkan kepada kesadaran bahwa usia anak hanyalah sebuah
gambaran kasar untuk kemasakan perkembangan anak.
Pengakuan bahwa keragaman individual bukan hanya
diharapkan tapi juga dihargai, menuntut kita sebagai orang dewasa ketika
berinteraksi dengan anak-anak memperlakukan mereka secara tepat dengan
keunikannya masing-masing. Pengakuan ini menuntut kita untuk tidak menganggap
anak hanya sebagai anggota kelompok usia, kemudian mengharapkan mereka untuk
menampilkan tugas-tugas perkembangan kelompok usia tersebut tanpa
mempertimbangkan keragaman kemampuan adaptasi setiap individu anak.
Memiliki pengharapan tinggi terhadap anak adalah penting, tetapi memiliki
harapan-harapan yang kaku menurut norma kelompok tidak mencerminkan kenyataan
yang terjadi bahwa adanya perbedaan yang nyata dalam perkembangan dan belajar
individual anak dalam tahun-tahun awal kehidupan. Harapan norma kelompok dapat
memberi dampak yang sangat merusak terutama untuk anak-anak dengan kebutuhan
perkembangan dan belajar yang khusus.
3. Semua aspek
perkembangan saling berkaitan
Aspek perkembangan anak yang berupa perkembangan
fisik, sosial, emosi, kognitif, dan spiritual saling berhubungan erat satu sama
lain. Perubahan dalam satu aspek mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek lain.
Perkembangan dalam satu aspek dapat membatasi atau memfasilitasi perkembangan
pada aspek-aspek lainnya. Anak yang secara fisik berkembang sehat, akan
cendrung menunjukkan konsepsi diri yang positif, dan konsepsi diri yang positif
akan berpengaruh positif terhadap perkembangan belajarnya dan sebaliknya.
Disebabkan oleh aspek-aspek perkembangan anak tersebut
berhubungan satu sama lain, maka pendidik harus menyadari betul hal ini dan
menggunakan kesadaran ini untuk mengorganisasikan pengalaman-pengalam belajar
anak, membantu anak-anak berkembang secara optimal dalam semua dimensi
perkembangan dirinya. Sebagai pendidik, misalnya, kesadaran akan adanya
hubungan antar semua bagian perkembangan ini, bermanfaat untuk perencanaan
kurikulum untuk berbagai kelompok usia anak. Untuk anak-anak usia sekolah dasar
perencanaan kurikulum diarahkan sebagai usaha-usaha untuk membantu anak-anak
mengembangkan pemahaman-pemahaman konseptual yang dapat diaplikasikan pada mata
pelajaran yang dipelajari.
4. Perkembanagan
Berlangsung dari Kemampuan Bersifat Umum Menuju ke Bersifat Khusus
Perkembangan bergerak dari tanggapan
umum menuju yang lebih khusus. Seperti halnya pada awal perkembangan peserta
didik berinteraksi dengan lingkungan, maka peserta didik akan mendapatkan
tanggapan secara umum. Baru setelah itu akan mendapatkan tanggapan secara
khusus dan semakin terperinci.
5. Perkembangan
itu terarah dan dapat diramalkan
Prinsip ini berarti:
o
Bergerak dari kepala ke kaki dari dalam keluar
o
Bergerak dari struktur ke fungsi
o
Bergerak dari yang umum ke khusus
o
Bergerak dari yang konkret ke abstrak
o
Bergerak dari egosentris ke perspektif menuju
pemahaman
o
Bergerak dari heteronom ke otonom
o
Bergerak spiral ke arah tujuan
Perkembangan anak berlangsung dalam sebuah tahapan
yang relatif teratur di mana kemampuan-kemampuan, keterampilan-keterampilan,
dan pengetahuan-pengetahuan lanjut anak terbangun atas kemampuan-kemampuan,
keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan-pengetahuan anak sebelumnya.
Riset-riset perkembangan manusia menunjukkan bahwa tahapan-tahapan pertumbuhan
dan perubahan anak usia 9 tahun pertama rentang kehidupan relatif stabil dan
dapat diprediksikan tahapannya
Perubahan-perubahan yang dapat diramalkan ini terjadi
pada semua bagian perkembangan seperti perkembangan fisik, perkembangan emosi,
perkembangan sosial, perkembangan bahasa, dan perkembangan kognitif.
Pengetahuan mengenai perkembangan yang khas untuk setiap rentang usia anak
membantu para orangtua atau pendidik untuk mempersiapkan lingkungan belajar dan
merencanakan tujuan-tujuan kurikulum yang reaslistik dan pengalaman-pengalaman
belajar yang tepat menurut perkembangan anak.
2.3
FAKTOR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
2.3.1 Hereditas ( Keturunan/Pembawaan)
Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai “totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau juga segala
potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
(pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui
gen-gen”.
Setiap individu memulai kehidupannya sebagai organisme yang
bersel tunggal yang bentuknya sangat kecil, garis tengahnya kurang lebih dari
1/200 inci (1/80). Sel ini merupakan perpaduan antara sel telur (ovum) yang
berasal dari ibu dengan sperma (spermatozoid) yang berasal dari ayah. Di dalam
rahim, sel benih ini (yang telah dibuahi) terus bertambah besar dengan jalan
pembelahan sel menjadi organisme yang bersel dua, empat, delapan, dan
seterusnya sehingga setelah kurang lebih sembilan bulan menjadi organisme yang
sempurna.
1.
Proses
Pembuahan Biasa (Normal)
Mengenai jenis kelamin dari hasil
pembuahan, sangat bergantung pada perpaduan antara kromosom. Pada pria ada
pasangan kromosom “xy” sedangkan pada wanita hanya memiliki pasangan “xx”.
Apabila dalam pembuahan terjadi pasangan xy (x dari wanita dan y dari
laki-laki) maka anak yang akan lahir laki-laki, sedangkan apabila xx maka yang
lahir wanita.
2.
Proses Pembuahan Kembar
Proses pembuahan kembar terdiri dari
kembar identik dan kembar bersaudara. Adapun yang diturunkan orangtua pada
anaknya adalah sifat strukturnya bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai
hasil belajar atau pengalaman. Penuruna
sifat-sifat ini mengikuti prinsip-prinsip berikut.
a.
Reproduksi, berarti penuruna sifat-sifatnya hanya berlangsung melalui sel
benih.
b.
Konformitas (keseragaman), proses penurunan sifat akan mengikuti pola jenis
(species) generasi sebelumnya, misalnya manusia akan menurunkan sifat-sifat
manusia kepada anaknya.
c.
Variasi, karena jumlah gen-gen dalam setiap kromosom sangat banyak, maka
kombinasi gen-gen pada setiap pembuahan akan mempunyai kemungkinan yang banyak
pula. Dengan demikian, untuk setiap proses penurunan sifat akan terjadi terjadi
penurunan yang beraneka (bervariasi). Antara kakak dan adik mungkin akan
berlainan sifatnya.
d.
Regresi Fillial, yaitu penurunan sifat cenderung ke arah rata-rata.
2.3.2 Lingkungan
Urie
Bronfrenbrenner & Ann Crouter (Sigelman & Shaffer. 1995 : 86)
mengemukakan bahwa lingkungan perkembanagan merupakan berbagai peristiwa,
situasi atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh perkembangan individu. Lingkungan ini terdiri atas: (1) Fisik,
yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada disekitar janin sebelum
lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah, dan (2) Sosial, yaitu
meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh perkembangan individu.
Lingkungan
perkembangan siswa adalah keselurahan fenomena (peristiwa, situasi, atau
kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan
siswa. Lingkungan perkembangan siswa yang akan dibahas yaitu menyangkut
lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya (peer group), dan masyarakat.
1)
Lingkungan Keluarga
Menurut
Sudardja Adiwikarta berpendapat bahwa keluarga merupakan unit sosial terkecil
yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia
(universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam sistem
sosial yang lebih besar.
Keluarga memiliki peranan yang
sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang
penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nialai-niali kehidupan, baik agama
maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
Mengkaji
lebih jauh tentang fungsi keluarga ini dapat dikemukakan bahwa secara
psikososiologis keluarga berfungsi sebagai (1) Pemberi rasa aman bagi anak dan
anggota keluarga lainnya, (2) Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun
psikis, (3) sumber kasih sayang dan penerimaan, (4) Model pola perilaku yang tepat
bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, (5) Pemberi
bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat, (6)
Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka
menyesuaikan dirinya terhadapa kehidupan, (7) Pemberi bimbingan dalam belajar
keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri,
(8) Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik
disekolah maupun di masyarakat, (9) Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi,
dan (10) Sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk
mendapatkan teman dari luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah
tidak memungkinkan.
2) Lingkungan Sekolah
Mengenai peranan sekolah dalam
mengembangkan keribadian anak, Hurlock (1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah
merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa) baik dalam
cara berpikir, bersikap ataupun cara berprilaku. Ada beberapa alasan mengapa
sekolah memainkan peranan yiang berarti bag
2.4
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN FISIK DAN PERTUMBUHAN FISIK PESERTA DIDIK
Dilihat
dari segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar merupakan
periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang
secara seksual pada saat mana pertumbuhan berkembang pesat. Masa ini sering
juga disebut sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang
masa remaja. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi
proses pertumbuhan fisik yang berarti.
2.4.1
Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak (0-5 tahun)
Perkembangan
kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu melakukan bermacam
macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakan gerakan berjalan, berlari,
melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang berhubungan
dengan kekuatan yang lebih basar sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih
besar. Selain itu perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki
dan tangan secara proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai
dengan koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik.
2.4.2
Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11)
Perkembangan
waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata
berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot otot kecil, kesehatan
umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.
2.4.3
Usia 8-9 tahun
Terjadi
perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki laki cenderung
aktifitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi mata
dan tangan lebih baik, sistim peredaran darah masih belum kuat, koordinasi otot
dan syaraf masih kurang baik. Dari segi psiologi anak wanita lebih maju satu
tahun dari lelaki
2.4.4
Usia 10-11 tahun
Kekuatan
anak laki laki lebih kuat dari wanita, kenaikan tekanan darah dan metabolism
yang tajam. Wanita mulai mengalami kematangan seksual (12 tahun). Lelaki hanya
5% yang mencapai kematangan seksual.
2.4.5
Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja
Pada
masa remaja perkembangan fisik yang paling menonjol terdapat pada perkembangan,
kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Karakteristik perkembangan fisik pada
masa remaja ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat,
pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat
kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara, haid, kumis, dan
mimpi basah, dan lainnya), timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa
puberitas).
2.4.6
Karakteristik perkembangan fisik pada masa dewasa
Kemampuan
fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjasdi sangat bervariasi seiring
dengan pertumbuhan fisik. Laki-laki cenderung lebih baik kemampuan fisiknya dan
gerakannya lebih terampil. Pertumbuhan ukuran tubuh yang proposianal memberikan
kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan mecapai titik maksimal.
Pada masa ini pertumbuhan fisik mulai terhenti sehingga hasil dari pertumbuhan
ini menentukan kemampuan fisik.
2.5
PERKEMBANGAN MINAT PESERTA DIDIK
Menurut
John Holland, minat adalah aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan
perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat
dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu di mana dia
akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi.
Bakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya
minat pada bidang yang akan ditekuni.
Jadi
perkembangan minat anak-anak merupakan perubahan anak-anak pada apa yang membuat perasaannya
senang atau sasuatu yang membangkitkan kenikmatan pada perasaannya, jadi dengan
adanya perubahan minat pada anak-anak maka akan menuntun mereka menayadari atau potensi
yang ada dalam dirinya
Pengukuran
Minat perkembangan anak-anak dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
a. Observasi
b. Inverview
c. Kuesioner
d. Inventori
dari
beberapa metode diatas perkembangan minat anak-anak dapat diketahui dan kita
bisa mempelajari jenis-jenis minat bakat khusus pada anak-anak seperti :
1. Bakat
akademik khusus
2. Bakat
kreatif-produktif
3. Bakat
seni
4. Bakat
kinestetik/psikomotorik
5. Bakat
sosial .
Usaha
pengenalan bakat mula- mula terjadi pada bidang pekerjaan, tetapi kemudian juga
dalam bidang pendidikan. Dalam prakteknya hampir semua ahli yang menyusun tes
untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran analisis faktor, seperti
yang dikemukakan oleh Guilford, setiap aktifitas diperlukan berfungsinya
faktor-faktor tersebut.
Dalam pendidikan Minat & Motif Belajar perkembangan
anak-anak dalam perencanaan kurikulum sering dibedakan antara tujuan jangka
panjang dan tujuan jangka pendek. Seorang yang berpendirian lebih praktis lebih
mengutamakan tujuan jangka pendek, yang dapat dicapai dengan penggunaan bahan
yang singkat serta metode yang sederhana. Kedua macam tujuan tersebut sama
pentingnya dan diperlukan dalam pelaksanaan program. Tujuan jangka panjang
merupakan tujuan akhir pendidikan ( the end of education ), penting sebab merupakan
sasaran akhir, tetapi tujuan jangka pendek juga penting sebab dengan tujuan
tersebut lebih konkrit, lebih mudah dicapai dan akan selalu ditemukan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan minat pada anak-anak, sehingga bisa diukur dan disadari dan dikembangkan oleh anak
tersebut:
a.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
perkembangan anak-anak. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan bakat anak itu sendiri
b. Kematangan psikis dan fisik untuk dapat
mengembangkan minat anak-anak dengan baik diperlukan kematangan fisik dan
psikis. Dapat juga dilihat dari tingkah laku anak tersebut yang mencerminkan minat
dan bakat anak itu sendiri sehingga mampu mempertimbangkan potensi minat
terhadap perkembangan bakatnya.
c.
Status Sosial Ekonomi perkembangan minat Kehidupan sosial banyak dipengaruhi
oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Apabila status sosialnya
tinggi maka minat lebih mudah dikembangkan daripada status sosial yang rendah.
d.
Pendidikan. Pendidikan merupakan tempat anak-anak mensosialisasi minatnya ke
tempat yang lebih terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu
yang normatif, mampu membuat anak
memberikan warna pada perkembangan minatnya
e.
Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan
berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa.
Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap
perkembangan minat pada anak-anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi
akan mampu mengembangkan minatnya menjadi sebuah bakat
yang berpotensi pada dirinya.
Jadi dari faktor-faktor disekitar
perkembangan minat pada anak-anak dapat
berkembang sesuai usianya dan dapat bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya
dan yang lebih penting bagi dirinya
sendiri.
2.6
PERKEMBANGAN MOTORIK PESERTA DIDIK
Perkembangan
motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada
dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot
anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol
oleh otak. Perkembangan kemampuan motorik merupakan perkembangan pengendalian
gerakan jasmani yang terkoordinasi antar pusat syaraf, urat syaraf dan otot.
Setiap
anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal
mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk
mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang
dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang
mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa
si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat
mengganggu usaha yang dilakukan si kecil.
Berikut tahapan perkembangan motorik
halus anak berdasarkan tahapan usianya:
1. Perkembangan fisik/motorik usia
0-1 tahun
Transformasi
anak dari bayi yang nyaris tidak mempunyai kendala atas gerakan kepala, tangan,
tungkai dan badan saat lahir menjadi seseorang yang mungkin mengayunkan langkah
pertama di usia 1 tahun adlaah salah satu beda yang paling jelas terlihat dari
perkembangan gerakan selama tahun pertama anak. Kemajuan yang luar biasa dalam
kematangan perkembangan fisik anak akan kita saksikan. Kemajuan yang luar biasa
dalam kematangan perkembangan fisik anak akan kita saksikan. Perkembangan diawali
dengan gerak reflek sesaat setelah lahir yang akan berubah menjadi gerakan yang
disadari. Gerak refleks setelah lahir diperlukan untuk bertahan hidup seperti
mengisap, menelan, berkedip, merenggutkan lutut, menggenggam ibu jari kaki dan
menggenggam tangan. Gerakan reflek yang berkurang berguna seperti reflek
menggenggam ibu jari kaki dan menggenggam ibu jari tangan secara bertahap akan
berkurang dan menghilang sebelum usia 1 tahun karena otak kecil (cerebellum)
yang mengendalikan keseimbangan berkembang dengan cepat selama setahun awal
kehidupan bayi.
2. Perkembangan fisik/motorik usia
1-3 tahun
Pada usia
saat ini perkembangan motorik anak semakin meningkat dari mampu berjalan
“terhuyun-huyun yang belum mantap” menjadi anak yang menguasai berbagai keterampilan
fisik yang kompleks, seperti melempar, menangkap, berlari, menjaga
keseimbangan, dan menendang. Tentu saja, keterampilan bergeraknya terus
berkembang pada tahun-tahun berikutnya, tetapi selama masa ini, kemampuan fisik
tingkat tinggi mulai muncul. Kebanyakan balita cukup konten untuk
mencoret-coret dengan krayon di atas kertas (dan hal lain yang kebetulan berada
di sekitarnya), untuk tumpukan blok bukan hanya membenturkan mereka
bersama-sama, dan menggunakan peralatan ketika makan.
Semua
keterampilan ini membutuhkan latihan, jadi pastikan untuk memberikan banyak
kesempatan anak Anda untuk melakukannya, dan jangan mengharapkan kesempurnaan
dalam hari atau minggu untuk datang. Pada usia 2 tahun Keterampilan motorik
kasar benar-benar meningkatkan selama setahun sebagai kekuatan 2-tahun dan
koordinasi nyata meningkat. Pada anak usia 2,5 tahun kebanyakan mereka bisa
melompat dari tanah dengan kedua kaki, dan pada saat anak mencapai ulang tahun
ketiga mereka, mereka biasanya bisa naik sepeda roda tiga dan keseimbangan
selama beberapa detik pada satu kaki. Periode antara 2 dan 3 tahun motorik
halusnya adalah ketika menulis umumnya menjadi lebih disengaja, dan anak-anak
biasanya belajar menggambar (dan mengenali) lingkaran. Pada usia 2 tahun
biasanya mampu menanggalkan pakaian mereka sendiri dan bahkan membantu dengan
tugas berpakaian.
3. Perkembangan fisik/motorik usia
4-6 tahun
Anak-anak
pada usia prasekolah mengkonsolidasikan dan mengalami kemajuan dalam
keterampilan fisik yang telah dikembangkannya di tahun-tahun awal. Tantangan
koordinasi yang sebelum ini dihindarinya, seperti melompat dengan satu kaki,
melompat dengan kedua kaki diangkat bersama, dan menjaga keseimbangan, sekarang
dapa dilakukannya dan dia berusaha melakukan banyak aktivitas. Tentu saja masih
diperlukan waktu yang lama sebelum dia mencapai kompetensi total dalam
bidang-bidang ini. Tapi dia secara bermakna lebih gesit dan atletik daripada
sebelumnya. Perbedaan dalam kemamuan bergerak antara anak yang baru berjalan
dan anak prasekolah amat mencolok. Anak senang mempraktekkan keterampilan fisik
baru ini, baik di rumah, di kelompok bermain, atau di taman.
a. Transformasi fisik
Atasan
utama penyebab kematangan keterampilan bergerak ini adalah perubahan fisik yang
penting terjadi antara usia 2.5 dan 5 tahun. Tinggi tubuh anak-anak berambah
sekitar 8 cm lebih tinggi setiap tahunnya dan berat badannya sertambah sekitar
3 kg. ukuran kepalanya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan bagian badan
yang lain, dan wajahnya menjadi lebih besar dalam persiapan untuk mengoordinasi
rangkain gigi kedua yang akan muncul dalam beberapa tahun.
b. Perkembanan gerakan
Keterampilan
fisik anak menjadi semakin baik. Pada usia ini, anak amat senang menggunakan
keterampilan motoriknya yang semakin baik, bakan ketika aktivias itu berbahaya.
Banyak orang tua merasa bahwa anak mereka menjadi sedikit pemberani di tahap
ini, sebagai hasil dari antusiasme prasekolah yang biasa. Pastikan anak
mempunyai banyak peluang untuk menjajaki dengan aman, jadi anak tidak perlu
mengambil risiko yang membahayakan dirinya ketika berpetualang dan bergembira.
Tempat bermain di luar rumah/sekolah yang dibangun dengan baik dan ayunan dan
bagian yang dapat berputar-putar, kerangka untuk dipanjat dan alok untuk
melatih keseimbangan badan amat menyenangkan anak dan dapat membantu menjaga
rangsanan rasa ingin tahunya dalam keindahannya. Saran ayang dirancang dengan
pertimbangan keselamatan anak-anak lebih diutamakan.
2.7 PERKEMBANGAN SOSIALISASI PESERTA
DIDIK
Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang
saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang
didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia
menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang
menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan
saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi
mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah
berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya
kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan
sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia
dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai
kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan
sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain,
terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum
dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras)
dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa:
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar
manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana
dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan
bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat
hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
2.7.1 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat
pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang
memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku
norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga
merekayasa perilaku kehidupan anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik
dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu
bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status
Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh
kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi
akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak
siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya
akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh
keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa
“menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud
“menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam
pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu
anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk
kelompok elit dengan normanya sendiri.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi
anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan
(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan
kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk
perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Kapasitas
Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik.
Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan
memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini
akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
2.8 PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA
DIDIK
Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari
perkembangan peserta didik yag berkaitan menentukan keberhasilan mereka
disekolah. Guru sebagai tenaga kependidikan yang bertangung jawab melaksanakan
interaksi edukasi didalam kelas, perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang
perkembangan kognitif peserta didik. Dengan bkal pemahaman tersebut, guru akan
dapat memberikan. Layanan pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran yan
sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik yang dihadapinya.
Perkembangan
pikirannya dapat dibedakan dengan dua bentuk yaitu :
a.
perkembangan formal
yaitu
perkembangan fungsi-fungsi fikir atau alat-alat fikir anak untuk dapat
menyerap, menimbang, memutuskan, menguraikan, dan lain-lain. Contoh,
perkembangan sistematika berfikir, teknik pengambilan keputusan dan lain-lain.
b.
perkembangan material
yaitu
perkembangan jumlah pengetahuan pikir (knowledge) oleh seseorang untuk dapat
memiliki dan dikuasainya contoh, penguasaan tentang angka-angka,
pendapat-pendapat, teori-teori dan sebagainya.
Secara keseluruhan perkembangan pikiran dapat diartikan
sejalan dengan proses perkembangan pengamatan dan tangapan anak, maka
perkembangan pikiranpun dapat dikotegorikan dengan dua tahap :
1.
Berpikir dengan kongkret ( dengan objek realis ) sehingga proses berpikir anak
harus dirangsang atau di tuntun dengan benda peraga.
2.
Berepikir secara simbolis atau sistematis yaitu anak berpikir dengan mengunakan
simbol-simbol ( tanda-tanda) maka di sini sudah kenal huruf, angka, skema,
simbol-simbol tertentu, dan sebagainya.
Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dialami
sebagai kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks secara kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini
akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak
mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat
dan lingkungan sehari-hari.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan
kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Psikologi pembelajaran kognitif mengatakan bahwa perilaku
manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan
oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa
kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan
pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan
pada pandangan itu teori psikoloig kognitif memandang beljar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan
memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada
proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
Intisari
dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan
(discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri
seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara
konstan memberikan informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang
telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai
dengan informasi yang baru diperoleh.Agar siswa mampu melakukan kegiatan
belajar, maka ia harus melibatkan diri secara aktif
1. Teori Perkembangan Piaget
Ada empat
tahap yang mengiringi perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu:
1)
Sensori motor (usia 0 - 2 tahun)
2)
Pra operasional (usia 2 – 7 tahun)
3)
Operasional kongkrit (usia 7 – 11 tahun)
4) Operasi formal (usia 11
tahun hingga dewasa),
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.
Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengaja dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
3.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar
anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas,
anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif seseorang menjadi empat tahap yaitu :
a. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Ciri-ciri
·
Pertumbuhan kemampuan anak dilihat dari
kegiatan motorik dan persepsinya.
·
Dilakukan
langkah demi langkah
·
Melihat
dirinya berbeda dari orang di sekitarnya
·
Lebih
banyak memakai indra pendengaran dan penglihatan
·
Mendefinisikan
sesuatu dengan memanipulasinya
b.Tahap Praoperasional (umur 2-7 tahun)
Ciri-ciri
:
·
Telah
mampu menggunakan penglihatannya dengan baik ditandai dengan mengklasifikasikan
objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
·
Tidak
mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda namun mampu mengurutkan
barang sesuai dengan kriteria.
·
Mulai
mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
·
Memperoleh
prinsip-prinsip secara benar
c. Tahap
Operasional Konkret (umur 7 -11 tahun)
Ciri-Ciri :
·
Sudah
mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan.
·
Telah
memiliki kecakapan berfikir logis namun hanya benda-benda yang bersifat
konkret.
·
Mampu melakukan pengklasifikasian namun
masih tetap berfikir abstrak.
d.
Tahap
Operasional Formal (umur 11 hingga dewasa )
Ciri-ciri :
·
Mampu
berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola piker “kemungkinan”.
·
Bekerja secara sistematis dan efektif.
·
Menganalisis
secara kombinasi
2. Teori Belajar Menurut Bruner
Dalam
teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan
baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga
tahap itu adalah:
1.
tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman
baru,
2.
tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan
baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk
hal-hal yang lain,
3.
evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi
benar atau tidak.
Bruner
mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat
ditransformasikan . Perlu diketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada
empat tema pendidikan yaitu:
1. mengemukakan pentingnya
arti struktur pengetahuan,
2.
kesiapan (readiness) siswa untuk belajar,
3. nilai intuisi dalam
proses pendidikan dengan intuisi,
4. motivasi atau keinginan
untuk belajar.siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran
apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak,
bahkan dalam tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun
akan dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema
hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu:
Berdasarkan uraian di atas teori belajar Bruner, dapat
disimpulkan bahwa dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi,
trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.
3. Teori Bermakna Ausubel
David
Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat
bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar
yang dipelajari. Hudoyo, H (1990:54) menyatakan bahwa Ausubel menggunakan
istilah “pengatur lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang
dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan
bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian
lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain.
Dengan
demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang
diterima atau yang dipelajari oleh siswa.. Ausubel tidak setuju dengan pendapat
bahwa kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar.
Dengan ceramahpun asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya
sistimatis akan diperoleh hasil belajar yang baik pula.
Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe
belajar, yaitu
1.
belajar dengan penemuan yang bermakna,
2.
belajar dengan ceramah yang bermakna,
3.
Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
4.
belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa menghafal
berlawanan dengan mermakna, karena belajar dengan menghafal peserta didik tidak
dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya.
Dengan
demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari
bermakna. Dalam kegiatan belajar terdapat empat kemungkinan tipe belajar, yaitu
1.
belajar
dengan penemuan yang bermakna,
2.
belajar
dengan ceramah yang bermakna,
3.
Belajar
dengan penemuan yang tidak bermakna,
4.
belajar
dengan ceramah yang tidak bermakna
2.9 PERKEMBANGAN KEPRIBADIA PESERTA
DIDIK
Dalam
teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan
superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan
libinal, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”.
Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana system
kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia
dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai
super ego. Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena
merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu
yang dilakukan oleh dorongan ego.
Gerald
Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia di lihat
sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara
untuk mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi
tersebut terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrolatas
energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian
manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan.( Ibid ).
Persepsi tentang sifat manusia menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu
ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis
dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam
kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat
manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey
yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara
sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud
luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan,
tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang
itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.
2.9.1
Perkembangan kepribadian (posted underuncategorized)
Teori
perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu
teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund
Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia
menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia;
satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak
berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa
aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori
Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena
didasarkan
pada tiga alasan. Alasan yang
pertama, karena teorinya sangat representatif dikarenakan
memiliki kaitan atau hubungan dengan
ego yang merupakan salah satu aspek yang
mendekati kepribadian manusia.
Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang
terjadi pada setiap tahap
perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang
ketiga/terakhir adalah menggambarkan
secara eksplisit mengenai usahanya dalam
mengabungkan pengertian klinik
dengan sosial dan latar belakang yang dapat
memberikan kekuatan/kemajuan dalam
perkembangan kepribadian didalam sebuah
lingkungan. Melalui teorinya Erikson
memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari
mengenai perilaku manusia dan
merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna
memahami persoalan/masalah psikologi
yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern
seperti ini. Oleh karena itu, teori
Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus
atau hasil penelitian yang terkait
dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa,
maupun lansia.
Erikson
dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan
pribadinya dalam hal ini mengenai
pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa
pandangan-pandangannya sesuai dengan
ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh
Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa
Erikson adalah seorang post-freudian atau
neofreudian. Akan tetapi, teori
Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan.
Hal ini terjadi karena dia adalah
seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap
antropologis yang sangat besar,
bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan
alam bawah sadar. Oleh sebab itu,
maka di satu pihak ia menerima konsep struktur
mental Freud, dan di lain pihak
menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep
dinamika dan perkembangan
kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi Erikson,
dinamika kepribadian selalu
diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar
biologis dan pengungkapannya sebagai
tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas
bahwa yang dimaksudkan dengan
psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya
dengan perkembangan. Secara khusus
hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan
seseorang dari lahir sampai dibentuk
oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi
dengan suatu organisme yang menjadi
matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan
konsep perkembangan yang diajukan
dalam teori psikoseksual yang menyangkut tiga
tahap yaitu oral, anal, dan genital,
diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa
sehingga dimasukkannya cara-cara
dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan
sekaligus dibentuk oleh
perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.
Pusat
dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi mengenai
perkembangan setiap manusia yang
merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara
universal dalam kehidupan setiap
manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang
telah disusun sangat berpengaruh
terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah
dewasa/matang. Dengan kata lain,
Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu
bahwa pertumbuhan berjalan
berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana Erikson dalam
teorinya mengatakan melalui sebuah
rangkaian kata yaitu:
1) Pada dasarnya setiap perkembangan
dalam kepribadian manusia mengalami
keserasian dari tahap-tahap yang
telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca
untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling
mempengaruhi, dalam radius soial
yang lebih luas.
2) Masyarakat, pada prinsipnya, juga
merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat setiap individu yang baru
memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk
mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang
ada. Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963, Erikson
membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai
perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan
tahap perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan
epigenetic. Epigenetic berasal dari dua suku kata yaituepi yang artinya “upon”
atau sesuatu yang sedang berlangsung, dangenetic yang berarti “emergence” atau
kemunculan. Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap
lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat
dominan dan karena itu muncul , dan akan selalu terjadi pada setiap tahap
perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan akan adanya
fungsi/kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri. Selanjutnya, Erikson
berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis. Perbedaan
dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah
sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang
sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan
perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam
sebuah sikap yang mudah sekali terkena Serangan berdasarkan fungsi dari ego
pada setiap tahap.
Erikson
percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau kematangan apabila
dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam lingkaran
kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah gambar di
mana gambar tersebut memaparkan tentang delapan tahap perkembangan yang pada
umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak
tangga. Di dalam kotak yang bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran
mengenai adanya hal-hal yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap
secara berturut-turut. Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan
mengenai kondisi yang relatif berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok
dengan sakit yang terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri. Seperti telah
dikemukakan di atas bahwa dengan berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan
psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual,
Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek
perkembangan sosial. Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal
dengan sebutan Theory of Psychosocial Development (Teori Perkembangan
Psikososial), Erikson tidak berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik
teori psikoseksual Freud maupun teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui
bahwa teori-teori ini berbicara mengenai aspek-aspek lain dalam perkembangan.
Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau
usia tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa
dewasa. Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis buku bahwa “apa saja
yang tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana dasar ini
muncullah bagian-bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-masing untuk
mekar, sampai semua bagian bersama-sama ikut membentuk suatu keseluruhan yang
berfungsi. Oleh karena itu, melalui delapan tahap perkembangan yang ada Erikson
ingin mengemukakan bahwa dalam setiap tahap terdapatmaladaption/m aladaptif
(adaptasi keliru) danm alignansi (selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu
tahap tidak berhasil dilewati atau gagal melewati satu tahap dengan baik maka
akan tumbuhm aladaption/m aladapti f dan juga malignansi, selain itu juga
terdapat ritualisasi yaitu berinteraksi dengan pola-pola tertentu dalam setiap
tahap perkembangan yang terjadi sertar itualisme yang berarti pola hubungan
yang tidak menyenangkan. Menurut Erikson delapan tahap perkembangan yang ada
berlangsung dalam jangka waktu yang teratur maupun secara hirarkri, akan tetapi
jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan seperti yang
diinginkan maka pada tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali guna
memperbaikinya.
2.10 PERKEMBANGAN KECERDASAN PESERTA
DIDIK
Pengertian mengenai intelek adalah
kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti. Inteligensi merupakan
kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan untuk memperoleh pengetahuan dan
mengamalkan pengetahuan tersebut dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Inteligensi meliputi pengalaman-pengalaman, pengertian, tingkah laku dan
pola-pola baru yang dipergunakan secara efektif.
William Stern mengemukakan bahwa
inteligensi merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan
baru dibantu dengan penguasaan fungsi berpikir. Binet berpendapat bahwa
inteligensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui keturunan, kemampuan
diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh
lingkungan. Dalam batasan-batasan tertentu lingkungan tutur berperan dalam
pembentukan kemampuan inteligensi.
Dari beberapa pendapat di atas, kita
dapat menarik kesimpulan yang akan menjelaskan ciri-ciri inteligensi:
a. Inteligensi
merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir.
berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir.
b. Inteligensi tercermin
dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri
terhadap lingkungan dan pemecahan lingkungan masalah yang timbul dari
padanya.
terhadap lingkungan dan pemecahan lingkungan masalah yang timbul dari
padanya.
2.10.1 faktor-faktor yang
mempengaruhi inteligensi
a. Pengaruh faktor
bawaan
Individu-individu
yang berasal dari IQ yang berkorelasi tinggi akan sangat mempengaruhi
inteligensi individu tersebut.
b. Pengaruh faktor lingkungan
Selain
faktor bawaan, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang
berarti. Inteligensi tentunya tidak terlepas dari otak. Dengan kata lain,
perkembangan organik otak akan sangat mempengaruhi tingkat inteligensi
seseorang. Di pihak lain, perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Oleh karena itu, ada hubungan antara pemberian makanan yang bergizi
dengan inteligensi seseorang. Pengaruh rangsangan intelektual yang memberi
pengalaman (eksperiential resources) seperti pendidikan, latihan berbagai
keterampilan, dan lain-lain.
2.10.2
stabilitas inteligensi dan iq
a.
Inteligensi merupakan konsep umum tentang kemampuan berpikir individu.
b.
IQ adalah hasil tes inteligensi
Perkembangan inteligensi sangat dipengaruhi
oleh perkembangan organik otak seseorang. Oleh karena itu, sesuai dengan
tahap-tahap perkembangan otak, maka pada masa-masa pertumbuhan (kurang lebih
usia sampai 20 tahun) masih terjadi peningkatan inteligensi. Setelah itu
terjadi masa stabil, kemudian sejalan dengan kemunduran itu terjadi masa
stabil, kemudian sejalan dengan kemunduran organis otak, akan terdapat
kecenderungan menurun.
Berdasarkan perhatian David Wechsler (dalam
Irwanto, 1994) stabilitas IQ puncaknya pada usia sekitar tahun, dan pada usia
25 - 30 tahun mulai menurun dan terus menurun.
2.10.3 bakat
khusus
Dalam bidang tertentu manusia mungkin menunjukkan
keunggulannya dîbandingkan dengan orang lain. Oleh sebab itu, program
pendidikan yang dirancang tidak hanya memperhatikan kemampuan untuk belajar
saja, tetapi perlu pula diperhitungkan kecakapan khusus atau bakat yang
dimiliki peserta didik.
Jadi, apakah sebetulnya yang disebut dengan istilah
''bakat" atau aptitude"? bagaimana dengan kemampuan (ability)?.
Bagaimana dengan kapasitas (capacity), serta "insting"? Bakat dapat
diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability)
yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan
menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat
memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimana
yang akan datang.
Jadi, pengertian bakat adalah kemampuan alamiah untuk
memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif bisa bersifat umum
(misalnya bakat intelektuai umum) maupun bakat khusus (bakat akademis). Bakat
khusus atau talent disini dimaksudkan seseorang yang mempunyai kemampuan bawaan
untuk bidang tertentu, misalnya bakat menggambar, menyanyi dan sebagainya
(Conny Semiawan, 1997).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus :
Adapun sebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bakat khusus, atau mengapa
seseorang tidak dapat mewujudkan bakat-bakatnya secara optimal ?
Anak itu sendiri: artinya
anak kurang berminat untuk mengembangkan bakatnya
atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi dan mungkin mempunyai kesulitan pribadi terhadap
pengembangan dirinya.
Lingkungan anak: orang tua kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau bisa
juga ekonomi tinggi tetapi bakat khusus anak tidak diperhatikan oleh
orang tuanya.
2.10.4 upaya pengembangan bakat khusus dan implikasinya
Bagaimana kita dapat mengenal,
mengidentifikasi para remaja yang mempunyai bakat khusus? Bagaimana
karakteristik atau ciri-ciri mereka? Alat-alat apa yang dapat digunakan untuk mengetahui bakat-bakat khusus mereka? Semua informasi ini diperlukan sebelum dilakukan upaya pengembangan bakat-bakat khusus
peserta didik tersebut.
Sebagai contoh: orang tua diminta memberi
keterangan tentang butir-butir berikut ini :
hobi
dan minat-minat yang khusus
jenis
buku yang disenangi
masalah
dan kebutuhan khusus
prestasi unggul yang pernah dicapai
pengalaman-pengalaman khusus
kegiatan kelompok yang disenangi
kegiatan mandiri yang disenangi
sikap
anak kepada sekolah/ guru
cita-cita untuk masa depan
Adapun kondisi-kondisi lingkungan yang bersifat mempupuk
bakat anak adalah keamanan psikologis dan kebebasan psikologis apabila :
Pendidik dapat menerima
sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta
memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu.
Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa
"dinilai" oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat
dirasakan sebagai ancaman, sehingga
menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.
Pendidikan memberikan pengertian dalam arti dapat memahami perrrikiran,
perasaan, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan
melfliat dari sudut pandang anak serta dalam suasana seperti ini anak merasa aman
untuk mengungkapkan bakatnya.
Anak akan merasa kebebasan psikologis apabila orang tua
dan guru memberi kesempatan padanya untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran dan atas perasaan-perasaannya.
Kecuali pendidikan hendaknya berfungsi mengembang bakat anak, jangan
semata-mata menyajikan kumpulan pengetahuan yang bersifat skolastik (yang mengenai pelajaran). Dengan pengenalan bakat
yang dimilikinya dan upaya
pengembangannya dapat membentuk remaja untuk dapat menentukan pilihannya
yang tepat dan menyiapkan dirinya untuk dapat mencapai tujuan-tujuannya.
2.11 PENERAPAN PENDEKATAN DALAM
PROSESPEMBELAJARAN
Ada
beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar
mengajar, antara lain :
2.11.1 Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan
melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya
berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses
pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut
untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip
membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
Borko
dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih
konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran
dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta
dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian
ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan
dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen
Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat
diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan
lingkungan masyarakat luas.
Dalam
kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya.
Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru
bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan
sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan
pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah
pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap,
nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan
kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame teman, misalnya
melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial
(social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher,
dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan
kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian
dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka
mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang
penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
2.11.2 Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget
(1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut
Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori
konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui
proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran
terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru.
Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut
teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang
akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman
baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina
konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion.
Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras
dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning.
Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya
dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993)
konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada
pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Pendekatan
konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar
digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang
dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini,
pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian
Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan
pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat
pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang
diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini
(2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut
membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk
mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.
2.11.3
Pendekatan
Deduktif – Induktif
1. Pendekatan
Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai
dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal
pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses
pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah
persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
2. Pendekatan
Induktif
Ciri
uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data
untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan
mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang
terjadi dilingkungan.
Prince
dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran
dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke
penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran
dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan
rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau
tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan
deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford
(dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan
neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information
based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer
informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major
(2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan
menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen
logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi
contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk
menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif
pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif
adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan
pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis
masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan
pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan
melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya,
menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami
konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major
(2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk
mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan
contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa
melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau
geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi,
tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa
yang diamati.
Dalam
fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau
masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam
membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada
prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya
diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat
dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan
atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam
kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan
menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan
secara bergantian.
2.11.4
Pendekatan
Konsep dan Proses
1. Pendekatan
Konsep
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu
bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses
pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus.
Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
2.
Pendekatan Proses
Pada
pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan
siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan,
menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan
dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. Dalam pendekatan proses,
ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang
berlangsung dalam pendidikan. Pertama, prosesmengalami. Pendidikan harus
sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses
mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri peserta
didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima,
yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya
2.11.5 Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990
:1)memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext
of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang
senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa
diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan
proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi
lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM
merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread
realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society,
education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran
dengan pendekatan STMharuslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan
berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di
antara sains, teknologi dan masyarakat.
Hal
ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik,
tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap
hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan
pembelajaran di era sekarang ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu pendidikan semakin berkembang dengan teknologi yang
begitu canggih menjadikan semua aspek di dalam hidup kita semakin berkembang
dan menjadikan pelajar lebih mengerti akan hakekat pendidikan untuk manusia
indonesia seutuhnya.
Tak banyak orang yang menjadi pintar
tapi hilang dari hakikat manusia karna itulah pendidikan formal sangatlah wajib
bagi di ikuti karna selain ilmu pendidikan formal mengajarkan bagaimana kita
untuk bersikap sesuai dengan akhlak yang seharusnya dimiliki seorang manusia
dengan ilmu pengantar pendidikan kita akan mengetahui bagaimana cara cara untuk
menjadi seorang guru yang mengetahui bagaimana sosok guru yang sebenarnya
sesuai dengan fungsinya untuk mengetahui dasar dasar ilmu ini kita harus
mengetahui bagaimana hakikat manusia dan sosok manusia indonesia seutuhnya.
Sebagaimana manusia pada umumnya,
para peserta didikpun memiliki berbagai kebutuhan yang amat diperlukan bagi
perkembangan diri dan wawasan pengetahuannya sebagai bekal baginya untuk masa
depan yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang terprogram di sekolah pada
prinsipnya adalah merupakan manifestasi dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan para peseta didik.
3.2 SARAN
Dengan adanya
makalah ini dapat lebih mengetahui sifat-sifat yang ada pada peserta didik sehinga
dengan adanya makalah ini para guru atau calon guru dapat mengetahui peserta
didiknya dan dapat menyelurkan ilmunya kepada peserta didik.
Diharapkan
kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut
berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan dan pertumbuhan peserta
didik. Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu
untuk mengawasi perkembangan setiap anak dan peserta didik sesuai karakteristik
perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Etika Individual Pola Dasar Filsafat
Moral. Karangan Drs. H.Burhanuddin,Mm
Penerbit Rineka Cipta Isbn :
979-518-761-9
Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi
Pendidikan , Bandung, Pt. Remaja Rosda Karya.
Prayitno Dan Erman Anti, (1995),
Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling , Jakarta : P2LPTK Depdikbud
Prayitno (2003), Panduan Bimbingan
Dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi
Pembelajaran. Jakarta: Raja Gravindo Persada
Tim penyusun, 2013. Peraturan
Pemerintah Pendidiakan dan Kebudayaan. (Permendikbud No. 70 Thn 2013).
2003. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasioanal)
saya butuh yang pakai footnote sahabat buat di modifikasi dan dilengkapi sumbernya
BalasHapussudah pkek sja ituu,, tambah" urusan
BalasHapus